Kekayaan Sungai Batanghari

Aktifitas Menangkul Masyarakat Pesisir Sungai Batanghari

Tangkul alias jaring, yanki alat penangkap ikan yang terbuat dari rajutan benang ukuran kecil, yang dirajut sedemikian rupa berbentuk bujur sangkar, dengan panjang dan lebar mulai dari 1,5 meter hingga lebih, bahkan ada yang mencapai panjang 3 meter .



Alat penangkap ikan ini, disatukan dengan menggunakan empat bilah bambu yang telah didesain sedemikian rupa. Dengan bantuan bambu bulat ataupun pipa paralon dengan ukuran 30 sentimeter serta satu buah bambu panjang dengan panjang mencapai empat meter.




Setelah disatukan maka jadilah yang namanya Tangkul, alat penangkap ikan yang biasa digunakan oleh masyarakat, umumnya masyarakat di pesisir Sungai Batanghari, seperti di Kecamatan Pelayangan dan Danau Teluk.

Dengan Tangkul ini, menangkap ikan bisa menjadi lebih efektif, karena para penangkul hanya menghanyutkan atau menenggelamkan tangkul miliknya ke Sungai Batanghari. Umumnya dilakukan dipinggir sungai, dengan arus yang sedang.

Setelah ditengelam dan dihanyutkan kurang dari semenit, antara 30 hingga 60 detik, kemudian diangkat kembali. Tentunya, untuk mengangkat Tangkul ini, butuh tenaga yang kuat, kalau tidak Tangkul yang dimiliki akan hanyut terbawa arus.

Saat saya menyisiri daerah pesisir Sungai Batanghari di dua kecamatan di Kota Jambi ini, saat musim ikan mudik tiba, tangkul ini bisa berisikan ikan satu ons perkali angkat. Tak jarang, setiap pemilik Tangkul bisa mendapatkan ikan lima hingga 10 kilogram perharinya.

Ikan mudik, dalam masyarakat dibagian pinggiran Sungai Batanghari berarti anak ikan baik itu kecil maupun besar sedang mendaki arus Sungai Batanghari, dimana sewaktu air sungai mulai naik, para induk ikan mulai menetaskan telurnya.

Aktifitas menangkul ini akan terus dilakukan, sepanjang mereka masih terus mendapatkan ikan. Sebagian besar para penangkul, jika telah mendapatkan ikan, mereka tidak hanya mengkonsumsi sendiri. Melainkan menjualnya kepada warga lainnya yang ingin makan ikan segar yang baru didapat.

Ketika musim anak - anak ikan mulai mudik ke bagian hulu Sungai Batanghari. Hampir setiap jamban, ataupun dipinggir sungai tampak masyarakat yang menangkap ikan dengan cara menangkul ini.

Tentunya, bagi masyarakat di sepanjang aliran Sungai Batanghari pemandangan ini tidak asing, karena setiap tahun bahkan dua kali setahun akttifitas ini terus dilakukan.

Hal ini, tentu membuat masyarakat tumpah ruah ke pinggiran sungai untuk menangkap ikan. Umumnya, masyarakat paling senang menangkul di jamban, karena arus air masih tenang dan tidak terlalu kencang, sehingga ikan yang didapatpun cukup banyak.

Tidak hanya itu, ikan yang didapatkan para penangkul berbeda - beda, tergantung usaha yang dilakukan oleh para penangkul. Dan lagi, Tangkul yang digunakan juga berpengaruh terhadap pendapatan ikan para penangkul.

"Sehari bisalah mencapai lima kilogram, itupun kalau ikan lagi banyak mudik," ujar Yati, salah seorang penangkul.

Selain itu, yang perlu diketahui, aktifitas menangkul tidak hanya dilakukan oleh kaum adam akan tetapi, juga dilakukan oleh kaum hawa, umumnya para ibu - ibu dan para remaja. Tentunya, yang memiliki tenaga yang kuat untuk mengangkat Tangkul dengan berat tiga hingga 5 kilogram perkali angkatannya.

Hingga saat ini, aktifitas menangkul masih terus dilakukan sepanjang ikan masih mudik. Jika ikan telah berhenti mudik, seperti air sungai kembali naik, tentu aktifitas ini dihentikan dan menunggu musim ikan mudik periode mendatang.***

Tidak ada komentar: